Semarang Jg Pertama2 Kumandangkan Kemerdekaan Lewat Radio
* Setjara Tak Resmi Disiarkan Melalui Chotbah Sembahjang Djum’at Mesdjid Besar
* Setjara Tak Resmi Disiarkan Melalui Chotbah Sembahjang Djum’at Mesdjid Besar
BERITA tentang kekalahan Djepang tanpa sjarat kepada Sekutu itu dapat
ditangkap oleh bagian tehnik “Semarang Hoso Kyoku” (sekarang RRI Semarang)
jang sedang bertugas melakukan monitoring dari Radio Tokyo pada hari
Senin malam tgl. 13 Agustus 1945. Meskipun Djepang merahasiakan berita
itu, tetapi sudah ada perobahan sikap pegawai Djepang sendiri di
Semarang Hoso Kyoku, mereka tampak gelisah.
Pegawai2 Indonesia mulai membitjarakan situasi jg. dihadapi. Mereka
berpendapat untuk merebut kekuasaan dari tangan Djepang. Persiapan
segera diadakan dengan mengumpulkan alat2 tehnik jang dapat diangkat.
Pegawai2 Djepang diasingkan dari tugas pekerdjaannja, tetapi belum
berani bertindak karena pegawai2 Djepang bersendjata. Pada saat itu jang
memimpin Hoso Kyoku ialah Jamawaki.
Berita kekalahan Djepang itu tjepat pula tersiar, terutama dikalangan
tokoh2 pergerakan perdjoangan kemerdekaan jang selalu mengikuti
perkembangan Perang Pasifik dan posisi Djepang waktu itu. Bahkan ketika
berita Proklamasi sampai di Semarang tgl. 17 Agustus 1945 mendjelang
siang hari Djum’at melalui kantor berita “Domei,” tjepat pula disiarkan
baik dari mulut ke mulut maupun dgn plakat2.
Seperti biasa setiap hari Djum’at di Mesdjid Besar Semarang selalu
diadakan sholat al Djumuah jg selalu direly dan disiarkan lewat radio
oleh Semarang Hoso Kyoku. Pada tgl. 17 Agustus itu djuga pada siaran
hari Djum’at siang dari mesdjid besar segera diatur seolah2 hendak
menjiarkan chotbah dari mesdjid. Setelah persiapan selesai dan diadakan
hubungan dgn studio, pertama2 terdengar suara adzan, biasanja diteruskan
dgn chotbah keagamaan.
Tetapi orang jang berchotbah itu mengawali sambutannja dgn terlebih
dahulu mengumumkan bahwa pada hari itu bangsa Indonesia telah
memproklamirkan kemerdekaannja. Kemudian disusul dengan pembatjaan teks
Proklamasi 17 Agustus 1945 jang telah diterima pula melalui orang2 jg
berhubungan dengan “Domei.”
Segenap djemaah dan pendengar radio dirumah2 terkedjut bertjampur
gembira mendengarnja, tetapi sebaliknja penguasa Djepang sangat marah.
Pimpinan Hoso Kyoku marah2 dan mengusut siapa jang menjiarkannja tetapi
tidak seorangpun mendjawab. Achirnja diperintahkan agar hubungan dengan
mesdjid besar Semarang diputuskan walaupun siaran itu belum selesai.
Ini merupakan pengumuman tentang kemerdekaan bangsa Indonesia jang
pertama sekali disiarkan untuk umum di seluruh Indonesia, meskipun tidak
setjara resmi. Itu sebabnja mengapa gelora Proklamasi tjepat diikuti
oleh Semarang dan Djawa Tengah umumnja.
Pembentukan K.N.I
Kumandangnja Proklamasi sangat tjepat ditanggapi dan digarap oleh
pemimpin2 pergerakan kemerdekaan terutama para angkatan mudanja. Malam
hari segera diadakan rapat di Purusara (Pusat Rumah Sakit Rakjat)
Semarang. Dalam rapat ini segera dapat disusun suatu badan jang kemudian
diresmikan sebagai KNI (Komite Nasional Indonesia), seperti jang
diinstruksikan oleh perintah pusat tgl 22 Agustus 1945. Mr. Wongsonegoro
jang waktu itu masih mendjabat Fuku Sutjokan (wakil residen Semarang),
telah ditundjuk mendjadi ketua badan tsb.
Esok harinja para pemuda jang tidak sabar lagi telah mengantjam Mr.
Wongsonegoro agar siang hari Sabtu itu djuga mengambil alih kekuasaan
dari tangan Djepang.
Hal ini dipenuhi Wongsonegoro dgn mengumpulkan segenap kepala dan wakil
kepala dan pegawai2 bangsa Indonesia di Gedung Papak dan didjelaskan
bahwa mulai saat itu rakjat Semarang telah mengambil alih kekuasaan dan
segala tanggung djawab kini dipegang oleh bangsa Indonesia sendiri.
Pada tgl. 19 Agustus 1945 djam 12.00 siang Wongsonegoro mengumumkan
dengan resmi melalui radio tentang Proklamasi Kemerdekaan Bangsa
Indonesia. (Depo Arsip-Pusda SM)
http://suaramerdeka.com/v1/index.php...an-Lewat-Radio
0 Response to "Sejarah kota Semarang tentang siaran pertama Kemerdekaan Indonesia Lewat Radio"
Post a Comment