Semarang kini berubah jadi metropolitan bukan karena kemajuan infrastrukturnya tapi karena kemacetannya yang hampir menyamai ibu kota sebagai kota metropolitannya indonesia.
Alkisah pagi ini, sedang bersiap untuk berangkat ke kantor, hehehehe.........
Sebetulnya kekantor juga bukan buat bekerja seperti layaknya pekerja kantoran yang lain, melainkan untuk melaksanakan kerja praktek karena posisi saya yang masih berstatus sebagai seorang mahasiswa.
Balik lagi ke topik, kemacetan di Kota Semarang akhir-akhir ini benar-benar parah dan sangat memprihatinkan. Lautan sepeda motor saling berebutan dengan berjajarnya mobil-mobil. Kata mas tukul sih padat merayap, tapi kalo kata saya ya mungkin "Mbrangkang" kalo orang jawa bilang.
Bahkan parahnya lagi mendingan jalan kaki dari pada naik kendaraan, karena saking padatanya. Mungkin ini disebabkan pula oleh semakin mudahnya setiap penduduk indonesia untuk memperoleh kendaraan pribadi, terlebih sepeda motor. Bayangkan saja hanya dengan berbekal uang 500 ribu rupiah kita sudah bisa membawa pulang sebuah sepeda motor baru.
Mungkin bagi pemerintah, jika mau menyediakan sebuah angkutan yang lebih nyaman dari yang ada sekarang ini saya bersedia untuk beralih menggunkan angkutan umum. Bahkan BRT yang sudah ada saat ini yang digadang-gadang sebagai angkuta nyamanya kota semarang saya memandang masih saja banyak kekurangan dan kesemrawutan. Ini sih menurut cara pandang berdasarkan kacamata saya, selain itu juga trayek yang masih kurang lengkap juga semwrawutnya masalah pemberhentian.
Andaikan kota semarang bisa lebih baik lagi, mungkin aku akan lebih bangga lagi dengan daerah kelahiran ku ini. Ah entahlah gara-gara kena macet tadi pagi ditambah sedang menjalankan ibadah puasa sehingga membuat otak ini menolak untuk diajak berpikir untuk menuangkan kata-kata lagi.
Alkisah pagi ini, sedang bersiap untuk berangkat ke kantor, hehehehe.........
Sebetulnya kekantor juga bukan buat bekerja seperti layaknya pekerja kantoran yang lain, melainkan untuk melaksanakan kerja praktek karena posisi saya yang masih berstatus sebagai seorang mahasiswa.
Balik lagi ke topik, kemacetan di Kota Semarang akhir-akhir ini benar-benar parah dan sangat memprihatinkan. Lautan sepeda motor saling berebutan dengan berjajarnya mobil-mobil. Kata mas tukul sih padat merayap, tapi kalo kata saya ya mungkin "Mbrangkang" kalo orang jawa bilang.
Bahkan parahnya lagi mendingan jalan kaki dari pada naik kendaraan, karena saking padatanya. Mungkin ini disebabkan pula oleh semakin mudahnya setiap penduduk indonesia untuk memperoleh kendaraan pribadi, terlebih sepeda motor. Bayangkan saja hanya dengan berbekal uang 500 ribu rupiah kita sudah bisa membawa pulang sebuah sepeda motor baru.
Mungkin bagi pemerintah, jika mau menyediakan sebuah angkutan yang lebih nyaman dari yang ada sekarang ini saya bersedia untuk beralih menggunkan angkutan umum. Bahkan BRT yang sudah ada saat ini yang digadang-gadang sebagai angkuta nyamanya kota semarang saya memandang masih saja banyak kekurangan dan kesemrawutan. Ini sih menurut cara pandang berdasarkan kacamata saya, selain itu juga trayek yang masih kurang lengkap juga semwrawutnya masalah pemberhentian.
Andaikan kota semarang bisa lebih baik lagi, mungkin aku akan lebih bangga lagi dengan daerah kelahiran ku ini. Ah entahlah gara-gara kena macet tadi pagi ditambah sedang menjalankan ibadah puasa sehingga membuat otak ini menolak untuk diajak berpikir untuk menuangkan kata-kata lagi.
0 Response to "Kemacetan semarang makin menggila"
Post a Comment