Dugderan adalah sebuah upacara di kota Semarang yang menandai akan datangnya bulan puasa / bulan Ramadhan. Sesuai dengan ciri orang jawa yang selalu membuat mudah nama atau istilah asing. hehe
Kata dugderan ini juga di ambil dari kegiatan saat upacara upacara ini dilangsungkan. Yaitu dengan memkul bedug yang berbunyi dugdug dan menembakkan meriam yang berbunyi derr, dari itulah acara ini diberi nama Dugder.
Sejarah dari acara dugderan ini adalah adanya perbedaan pendapat dalam menentukan hari dimulainya bulan Puasa, masing-masing pihak biasanya ingin mempertahankan kebenarannya sendiri-sendidi, hal tersebut sering menimbulkan beberapa penentuan dimulainya puasa ini mendapat perhatian yang berwajib.
Hal ini terjadi pada tahun 1881 dibawah Pemerintah Kanjeng Bupati RMTA Purbaningrat. Beliaulah yang pertama kali memberanikan diri menentukan nulainya hari puasa, yaitu setelah Bedug Masjid Agung dan Maeriam di halaman Kabupaten dibunyikan masing-masing tiga kali. Sebelum membunyikan bedug dan meriam tersebut, diadakan upacara dihalaman Kabupaten.
sumber : semarang.co.id
Oh ya satu lagi yang khas dari acara ini, yaitu adanya "Warak Ngendok". Warak ngendok adalah sejenis binatang rekaan yang bertubuh kambing berkepala naga kulit sisik emas.
Copyright © 2009, Septian Aji Sasongko.
http://ti-an.co.cc
Copy Paste Copyright :
Friday, April 30, 2010
seputar semarangan
0 Response to "Dugderan, tradisi kota semarang menyambut Ramadhan"
Post a Comment